Suluk Lintang Lanang

Pikiran itu sampah. Ini penampungannya.

Selamat datang

Jika anda mencari sesuatu di sini, percayalah, anda takkan menemukan apa-apa.

Tentang Penulis

Setyo A. Saputro. Lahir dan besar di Karanganyar. Saat ini menjadi pekerja media di sebuah portal berita nasional.

Kisah Tak Penting atau Semacamnya


Senja padam. Lalu kelam.
‘Kenapa malam selalu hitam’, kau membuka percakapan. Dan aku memilih diam. Bukan apa-apa sebenarnya. Tapi tahukah kau bagaimana rasanya ketika seribu kupu-kupu beterbangan di dalam perutmu? Kau akan sangat malas mengobral bahasa dan kata-kata. Denyar bergeletar seperti ketika bulu kudukmu meremang saat seseorang meniup pelan lubang kupingmu. Seperti itu. Ah, tapi adakah yang pernah sekurang ajar itu padamu? Menyebul sebul untuk kemudian mungkin membisikkan sesuatu? Kalau boleh tahu, kalimat apakah itu?
‘Kenapa?’, kau kembali bertanya.
‘Hmm.. Entahlah. Mungkin jawaban yang sama untuk pertanyaan Kenapa senja seringkali berwarna jingga. Begitu’

Lalu malam kembali seragam. Ada bintang terbang. Juga bulan sabit sipit. Seperti matamu. Mata yang berkantung. He he he.. Kau mencubitku kemarin lalu ketika kukatakan itu. Tapi bagaimana tidak, kebiasaan begadangmu itu benar-benar tak sehat.
‘Bukankah kau juga begitu?’
Iya. Tapi insomniaku bukanlah sesuatu yang disengaja. Aku bukan tipe orang yang percaya kalau kopi mampu membuatku tidur cepat-cepat. Tak seperti dirimu. Bergelas kopi tiap malam hari. Aku lebih suka memilih anggur sebelum tidur.

‘Lalu kenapa senja seringkali berwarna jingga?’
Ah, andaikan kau tahu. Pertanyaan-pertanyaanmu itu sebenarnya kadang tak bermutu. Tapi point-nya bukan itu. Entah kenapa aku selalu suka caramu bertanya. Ah, tapi tidak juga. Aku selalu suka saat kau bicara. Hmmm, tapi bukan juga sebenarnya. Aku hanya suka tiap dirimu ada. Meski kau tak bicara, tak bertanya bahkan tak melakukan apa-apa.

‘Kenapa?’
‘Hmmm… Mungkin takdir kali ya?’, aku benar-benar tak tahu jawabnya.
Tai ah.. Jawabanmu ga mutu’
Lho? Mana ada pertanyaan ga mutu punya jawaban yang mutu, batinku begitu.
‘Kau punya mimpi?’
Walah, bicara soal mimpi. Hari Minggu lalu aku mimpi siang-siang. Menemukan sebuah rumah kos di tengah kota yang busuk ini. Anehnya, jalan menuju kesana harus melewati petak-petak sawah yang menghijau (Ini benar-benar hijau. Kali ini aku bisa benar-benar tahu kalau mimpiku berwarna. Tak seperti yang sebelum-sebelumnya). Sementara di samping kanan rumah itu ada dipan tempat di mana aku bisa leluasa memandang. Barat, aku benar-benar ingat. Karena di kejauhan ada jingga yang semburat. Ya, memang ketika itu settingnya senja (Kenapa sih selalu senja, keponakanku pernah bertanya. Dan aku cuma tertawa-tawa. Kenapa ya? Mungkin karena aku tak pernah jatuh cinta dengan pagi ataupun siang. Sementara malam bagiku terlalu menakutkan)

‘Semua yang ada ini hanyalah dunia di mimpi saya. Percayalah. Saat ini saya sedang tidur di kamar saya. Sekarang hari Minggu siang. Tanggal 3 Februari’, kataku pada beberapa orang dalam mimpiku itu. Dan mereka semua diam. Mungkin aku dianggap gila. Tapi memang begitu adanya. Aku sadar jika aku sedang bermimpi. Meski tanggal yang kusebutkan ternyata tidak tepat (Mungkin karena di situ tak kulihat kalender. Dan aku juga tak membawa hape. Jadi wajar jika konsep waktuku agak keliru).

‘Kau punya?’
‘Hmmmmmm… Apa ya? Aku tidak tahu’
‘Lho?’
‘Aku sudah lupa cara bermimpi’
Lalu kau tertawa. Seperti tokoh-tokoh dalam mimpiku, pasti kau anggap diriku gila. Tak apa. Aku sendiri juga kadang berpikiran begitu.
‘Katanya kau ingin ke Kathmandu?’
‘Ya’
‘Berarti itu mimpimu?’
‘Hmmmm… Mungkin’, ada sekelebat angin.
‘Ahhh.. Berbincang denganmu sama sekali tak menarik. Mendingan dengerin jengkerik’
He he he.. Asal kau tahu. Kau orang kesekian ribu yang mengatakan itu. Tak pernah ada sesuatu yang menarik dari diriku. Tidak seperti dirimu. Hingga melihat sekumpulan babi terbang di awang-awang jauh lebih memungkinkan dibanding menemukan alasan kenapa aku harus tidak meminatimu. Sungguh asu.


***


Casablanca, 9 Februari 2011
03.46

2 komentar:

  1. yun mengatakan...
     

    lead anda selalu dengan kalimat2 yang berirama.. like this

  2. Setyo A. Saputro mengatakan...
     

    @ yun: terima kasih.. :D

Posting Komentar



 

different paths

college campus lawn

wires in front of sky

aerial perspective

clouds

clouds over the highway

The Poultney Inn

apartment for rent