Akhir
'Aku? Baru pulang dari sana'
Langit mendadak biru. Tanah merekah. Warna merah.
'Tanah merah? Bukankah itu neraka?'
'Siapa kata? Sjahrir dulu belajar di sana'
Hujan jalang. Jembatan tumbang.
'Bikinkan aku puisi'
'Maaf. Hatiku sedang mati'
Mata air air mata. Alir. Tetes. Resap. Laknat.
'Ibu. Bolehkah aku menangis?'
'Kenapa tidak nak.. Ini bir untukmu..'
Puji Tuhan. Mari menuju depan.
Langit mendadak biru. Tanah merekah. Warna merah.
'Tanah merah? Bukankah itu neraka?'
'Siapa kata? Sjahrir dulu belajar di sana'
Hujan jalang. Jembatan tumbang.
'Bikinkan aku puisi'
'Maaf. Hatiku sedang mati'
Mata air air mata. Alir. Tetes. Resap. Laknat.
'Ibu. Bolehkah aku menangis?'
'Kenapa tidak nak.. Ini bir untukmu..'
Puji Tuhan. Mari menuju depan.
Kau sampai ke tanah merah tanpa Ku?
Bawakan AKU steguk bir saja, serasa keringatmu di sana.
juoh, aku iki kok malah ngomong aneh...
@ gusmel:
memang.. aneh..