Sepenggal Fragmen Sepersekian Babak
Sudut dermaga tua. Suatu senja. Sepasang lelaki perempuan muda tampak menikmati jingga, nila, dan ungu muda di langit barat sana. Serombongan bangau melintas pulang ke sarangnya (Tak bawa apa-apa!!).
’Huuh....’, sang lelaki menghela nafasnya.
’Kenapa?’, perempuan bertanya.
’Tamparan ini terlalu keras.’, lelaki itu menjawab.
Diam. Laut keemasan berkecipak menyembunyikan rahasia.
’Aku hanya ingin jujur’, sang perempuan angkat bicara.
’Aku tahu’, lelaki menjawab, ’Aku juga’, lanjutnya.
Lampu panggung meredup. Hitam. Tiada tepuk tangan. Terlebih musik bertalu. Penonton bubar. Tak begitu merasa rugi karena mereka menonton tanpa harus bayar. ’Hambar’, bisik-bisik menelisik.
’Huuh....’, sang lelaki menghela nafasnya.
’Kenapa?’, perempuan bertanya.
’Tamparan ini terlalu keras.’, lelaki itu menjawab.
Diam. Laut keemasan berkecipak menyembunyikan rahasia.
’Aku hanya ingin jujur’, sang perempuan angkat bicara.
’Aku tahu’, lelaki menjawab, ’Aku juga’, lanjutnya.
Lampu panggung meredup. Hitam. Tiada tepuk tangan. Terlebih musik bertalu. Penonton bubar. Tak begitu merasa rugi karena mereka menonton tanpa harus bayar. ’Hambar’, bisik-bisik menelisik.
0 komentar:
Posting Komentar