Suluk Lintang Lanang

Pikiran itu sampah. Ini penampungannya.

Selamat datang

Jika anda mencari sesuatu di sini, percayalah, anda takkan menemukan apa-apa.

Tentang Penulis

Setyo A. Saputro. Lahir dan besar di Karanganyar. Saat ini menjadi pekerja media di sebuah portal berita nasional.

Gado-Gado Rasa Pelangi

*Catatan Kecil Launching Antologi Aku Ingin Mengirim Hujan


(Pentas Monolog Demokrasi oleh Teater Gema)


Bilakah sepenggal puisi bisa dikategorikan sebagai ‘syair muda’ dan ‘syair tua’? Seberapa pentingkah nilai estetika dalam puisi? Benarkah kata-kata yang lahir dari sebuah prosesi onani selalu bersifat subyektif? Tema-tema itulah yang mengemuka dalam diskusi yang menutup keseluruhan rangkaian launching antologi puisi penyair muda Aku Ingin Mengirim Hujan. Diskusi yang melibatkan pembicara Lanang Q (Komunitasku/ Koordinator Antologi Aku Ingin Mengirim Hujan), Aslan Abidin (Penyair Makasar), dan Siswo Harsono (Dosen Sastra Undip Semarang), serta dimoderatori Adin (Koordinator Komunitas Hysteria) ini, digelar di Open Theatre Taman Budaya Raden Saleh Semarang Jumat (11/7), lalu.

Acara ini dikatakan sebagai sebuah ‘rangkaian’, karena memang launcing antologi Aku Ingin Mengirim Hujan (meski sebenarnya adalah tema sentral seperti sejak mula direncanakan), bukanlah satu-satunya kegiatan yang berdiri sendiri. Bersamaan dengan pergelaran ini, turut serta juga beberapa repertoar dan kegiatan lain yang disuguhkan. Diantaranya pentas monolog Demokrasi dari Teater Gema IKIP PGRI Semarang (yang mewakili Jawa Tengah dalam ajang Peksiminas 2008), perkenalan antologi puisi Aslan AbidinBahaya Laten Malam Pengantin’, performance art Roda Gila dan Kelab Kelib Bersaudara, performance art Teater EMKA Undip, pentas musik PMK Undip, puisi multimedia Adieets Kaliksanan, dan pembacaan puisi beberapa penyair Semarang. Sementara keseluruhan acara gado-gado ini, diberi label 'Kado Pengantin'.

Mengapa Kado Pengantin? Mungkin pertanyaan ini yang akan pertama mengemuka di benak anda. Karena memang acara rasa pelangi ini, (konon) digelar sebagai kado pengantin bagi Laura dan Tejo, dua pegiat seni dari Komunitasku (komunitas yang melahirkan antologi puisi ini dengan bekerjasama dengan Dewan Kesenian Semarang / Dekase). Lalu apakah memang benar, gelaran yang sedemikian akbar ini diadakan hanya (sekedar) untuk sebuah kado pengantin? Ataukah itu hanya karena faktor kebetulan saja ; dimana waktu 'pernikahan' dan 'kelahiran antologi' ini terjadi hampir bersamaan? Entahlah. Namun bagaimanapun, hal itu bukanlah suatu tema penting yang harus diperdebatkan. Toh andaikan itu memang hanya sebuah kebetulan saja, tetap tiada yang salah dalam hal ini, dimana sekali mendayung lima benua terlampaui sekaligus. Apalagi ketika jarak antar benua-benua itu ternyata juga tak sebegitu jauh.

Acara ini sendiri juga diadakan sebagai sebuah bentuk penghargaan terhadap Dekase, yang di bawah kepemimpinan Marco Marnadi telah berhasil melahirkan empat buah antologi puisi. Yaitu Sihir Cinta (Timur Sinar Suprabana), Langit Semarang (Adin Hysteria, Slamet Priyatin, Soekamto, Beno Siang Pamungkas, Handry TM, dan Timur Sinar Suprabana), Bulan Pecah (Soekamto), dan Aku Ingin Mengirim Hujan (Penyair Muda Semarang). Karena itulah di tengah-tengah acara, para penikmat tak henti-hentinya disuguhi hidangan berupa puisi yang dibawakan langsung oleh para penulisnya. Mulai dari (konon) penyair terpenting Semarang, hingga yang kurang penting, bahkan yang sama sekali tidak penting, kesemuanya memanjakan para pengunjung dengan bait-bait kata yang kesemuanya dicipta bukan untuk tujuan sia-sia.

Di bawah juntai-juntai sulur beringin yang berdiri megah, di bawah naungan langit hitam yang berhiaskan titik-titik putih bercahaya di keseluruhan hamparan, manusia-manusia yang melahirkan dan sekaligus lahir dari kata, menghabiskan sebagian malam dengan persetubuhan yang mencerahkan, yang sama sekali jauh dari aroma peperangan.

Dan saat ini, banyak pihak berharap semoga saja masih akan ada dan selalu tersedia malam-malam berwarna serupa, di sisa usia dunia. Semoga..

6 komentar:

  1. Anonim mengatakan...
     

    thk infonya, mas. semoga smrg makin "puisi". he2

  2. Unknown mengatakan...
     

    hehe, saya termasuk yang kurang penting lho!

  3. Anonim mengatakan...
     

    @ haris:
    semakin puisi?? oke... semoga saja.. he3..

    @ boel:
    lha saya malah yang 'sama sekali tidak penting'.. he3..

    matur suwun semua...

  4. Anonim mengatakan...
     

    lintang wedok-e endi mas **gak fokus**

  5. Anonim mengatakan...
     

    maksudnya saya yang gak fokus. nanya hal yang gak jelas hehehehehe. waah jadi salah pengertian keknya *sorry*

  6. lanang Q mengatakan...
     

    mampir gonku bozz...

Posting Komentar



 

different paths

college campus lawn

wires in front of sky

aerial perspective

clouds

clouds over the highway

The Poultney Inn

apartment for rent