Gambar Kupu-Kupu di Seprai Ranjang Tidurmu
Ini kaleng keempat
Dan kau pasti tahu, mustahil ada penjual bir keliling yang lewat
Tak mungkin juga ada swalayan yang buka di tengah hujan yang membangsat.
‘Hujan itu indah’, katamu kemarin lalu, ‘Seperti seribu anak panah perak yang mencabut nyawa Abimanyu ketika Baratayudha. Mati yang sempurna’
‘Ya’
Tapi bukankah keindahan; kadang-kadang; di satu sisi berarti penderitaan?
Lalu hening mengerling
Jazz tua berdenting.
‘Venesia. Aku ingin menikmati kecipak air dengan gondola’
Tak ada yang tertawa
Keinginan mungkin memang tak akan pernah bisa membebaskan
Tapi setidaknya impian yang slalu membuat manusia sanggup bertahan.
‘Ah entahlah, ingin rasanya menjadi gambar kupu-kupu yang menghiasi seprai di ranjang tidurmu itu. Menyesap hangat keringat dan menelanmentah semua airmata yang tumpah’
(Bedebah! Sumpah!)
***
Casablanca, 16 Desember 2010
0 komentar:
Posting Komentar