Reuni
Laki-laki itu masuk. Lambaian tangan di seberang. Mendekat lalu duduk. Sofa empuk warna kuning kerupuk. What a difference a day made penuhi udara. Lampu redup warna jingga. 'Senyummu masih sama...', lelaki bicara. Dua pasang mata. Saling tatap. Jutaan cerita tersimpan di sana.
'Kau mau pesan apa?', perempuan lalu memanggil pelayan.
'Tolong cappucino ice saja mbak...', waitress berjilbab merah muda tersenyum, lalu mengambil jarak.
'It's heaven when you find romance on your menu... What a difference a day made... And the difference is you, is you...', Cullum mendayu-dayu.'Tolong cappucino ice saja mbak...', waitress berjilbab merah muda tersenyum, lalu mengambil jarak.
'Gimana?'
Saling senyum. Lalu perempuan itu mulai cerita. Tentang pelangi, tentang mimpi, tentang hari ini. Ada gairah. Yang lama tak tercurah. Lelaki hanya diam. Menatap lekat. Menjadi pendengar yang hebat. Dan cerita-pun usai. Sekian detik yang bisu.
'Lalu?'
'Apanya?'
'Bagaimana dengan dirimu?'
Lelaki menghela nafas, 'Aku baik-baik saja...'
Seketika senyum perempuan itu sirna. Dia kecewa. Laki-laki itu kini menjadi pendusta. Pendosa.
***
Utan Kayu, 22 April 2010
0 komentar:
Posting Komentar