Suluk Lintang Lanang

Pikiran itu sampah. Ini penampungannya.

Selamat datang

Jika anda mencari sesuatu di sini, percayalah, anda takkan menemukan apa-apa.

Tentang Penulis

Setyo A. Saputro. Lahir dan besar di Karanganyar. Saat ini menjadi pekerja media di sebuah portal berita nasional.

Hidup Ini Keras Maka Gebuglah !

Ipung. Bagi orang lain, kata ini mungkin tidak bermakna apa-apa. Tapi bagi saya, selalu saja mengingatkan akan sesuatu. Sesuatu yang sedikit banyak pernah membantu, ketika saya masih meraba-raba dalam proses pencarian (Apakah berarti saat ini saya sudah di dalam proses pertemuan? Sepertinya tidak juga :)

Ipung adalah sebuah judul novel karya budayawan asal Semarang, Prie GS. Buku bersampul hitam tersebut, saya pinjam (secara permanen) dari perpustakaan SMA saya beberapa tahun yang lampau. Berawal dari sebuah latihan teater di perpustakaan sekolah, yang berujung pada sebuah proses peminjaman (secara permanen) sebuah buku.

Dalam buku tersebut, diceritakan keberadaan tokoh bernama Ipung. Seorang remaja ‘kampungan’ asal Kepatihan, Solo. Namun berkat nasib baik (yang tentu saja tak seketika turun dari langit), dia terdampar di sebuah SMA favorit di kota Semarang. SMA Budi Luhur. Sebuah tempat, yang sebelumnya terdengar begitu keramat dan harus disebut dengan khidmat.

Pokok cerita dalam buku tersebut, sebenarnya tak ubahnya sebuah cerita remaja biasa. Yang dijejali dengan humor khas anak muda, sekaligus juga kisah cinta. Namun, kepiawaian Mas Prie dalam merangkai kata, telah berhasil membuat tema sederhana tersebut menjadi sesuatu yang berwibawa. Hingga jalinan cerita, tak sekedar bicara tentang canda dan cinta (Sebagai perbandingan ketika itu, adalah novel Lupus karya Hilman Hariwijaya).

Bahkan sampai sekarang, saya masih ingat benar sebagian kalimat-kalimat sakti yang tertulis di dalamnya. Yang secara tidak langsung, telah menjadi pelajaran pertama saya tentang ‘filsafat’. ‘Hidup bukanlah rangkaian kemustahilan – Masih banyak masalah yang lebih rumit daripada sekedar wanita – Tak semua cabang hidup harus kita menangkan – dan (seperti yang saya kutip sebagai judul di atas) Hidup ini keras maka gebuglah- adalah beberapa kalimat yang sampai saat ini masih melekat di benak saya. Bahkan mungkin bisa dikatakan, masih saya jadikan ‘pegangan’ sampai sekarang.

Apa sebenarnya yang membuat buku itu terlihat menarik (di mata saya)? Saya sendiri tak cukup memahami. Namun sepertinya, latar belakang budaya yang dijadikan setting cerita-lah, yang membuat cerita ini terlihat begitu ‘merakyat’. Bagaimanapun, Solo dan Semarang bukanlah tempat yang asing bagi saya. Dan (sepertinya), faktor inilah yang menjadikan saya merasa dekat dengan keberadaan Ipung.

Setelah merampungkan pembacaan novel tersebut, saya berusaha keras untuk mencari buku keduanya. Karena memang di sampul buku terbitan tahun 1995 tersebut, tertulis ‘Buku 1’. Namun semakin keras usaha saya untuk mencari, semakin jauh usaha saya menemukan keberhasilan. Perpustakaan sekolah sudah saya lucuti. Toko buku saya sambangi. Tapi hasilnya? Nihil. Nol besar. Hingga ketika itu, saya sempat berburuk sangka, ‘Jangan-jangan, buku 2 Ipung memang tak benar-benar ada’.

Namun bagaimanapun, hal tersebut tak mengurangi rasa hormat saya terhadap Mas Prie. Sosok yang membidani kelahiran tokoh Ipung. Seorang remaja miskin, yang dengan bangganya (dan gilanya) justru menikmati kemiskinannya. Ketika itu, saya sempat berandai-andai, bahwa tokoh Ipung memang benar-benar ada. Dan tentu saja, dengan senang hati saya bersedia menjadi salah seorang sahabatnya. Selain itu, saya juga berandai-andai, ‘andaikan saya bisa melihat (sekedar melihat) orang ‘cerdas’ yang berada di belakang proses penciptaannya’. Seseorang yang bagi saya (ketika itu), sama sekali tak tersentuh. Begitu jauh.

Hingga akhirnya, setelah sekian tahun terlewati, sebuah ‘keajaiban’ terjadi. Di sebuah toko buku, saya melihat sebuah buku bersampul agak ‘rame’ bertuliskan ‘ipung’. Ditambah tulisan ‘Prie GS’ tercetak di bawahnya. Sejenak hati saya berdesir. Jangan-jangan, ini adalah buku yang dulu sempat saya cari-cari. Buku yang berisi kelanjutan cinta segitiga, antara Ipung, Paulin, dan Surtini. Dan baru ketika saya membaca cover belakangnya, saya mendapatkan jawabannya. ‘Bukan’. Ini bukan buku kedua Ipung. Tapi, ini adalah buku Ipung versi baru. Dimana cerita yang dulu pernah saya ikuti, lebih dikembangkan lagi.

Namun karena keterbatasan budget, buku tersebut belum jadi saya miliki. Tapi setidaknya, judulnya sudah saya tulis sebagai salah satu kemungkinan anggaran pengeluaran bulan depan. Namun hal tersebut, sudah cukup membuat saya sedikit gembira. Dimana, saya merasa akan segera bisa mengetahui lanjutan kisah kehidupan Ipung.

Namun belum sempat buku tersebut saya miliki, ‘keajaiban’ lain kembali terjadi. Saya ‘melihat’ Prie GS. Ketika itu, dia ‘berorasi’ di acara pentas ulang tahun Teater Lingkar. Namun keberadaan antara saya dan dia, tak lebih dari sebuah subyek dan obyek. Saya penonton. Sementara dia, bertindak sebagai pengisi acara. Dan kondisi, masih tetap sama. Tetap masih tak tersentuh. Namun setidaknya, keinginan saya beberapa tahun lampau sudah terpenuhi. Saya, sudah ‘melihat’nya.

Namun (meminjam kalimat di novel Ipung) kehidupan sepertinya memang bukan rangkaian kemustahilan. Karena beberapa waktu sedudahnya, saya tidak hanya sekedar bisa ‘melihat’. Saya justru berkesempatan mengobrol dengan dia. Dimana tugas kantor, mengharuskan saya ikut menemani kawan saya interview dengan Mas Prie. Dan (lebih ajaibnya), tema interviewnya, adalah Ipung. Kejadian ini, sedikit banyak membuat saya merasa pesimis, akan keberadaan kosakata ‘kebetulan’.

Terang saja, kesempatan tersebut tidak saya sia-siakan, untuk mencari tahu jawaban atas pertanyaan saya beberapa tahun lalu. ‘Sebenarnya buku 2 Ipung itu ada atau tidak?’. Sebuah pertanyaan, yang hanya dijawab Mas Prie dengan senyuman. Sebuah senyuman, yang langsung membuat rasa penasaran hilang. Ipung 2, memang tak pernah benar-benar ada.

Obrolan berjalan cukup normal. Mas Prie menjelaskan segala seluk beluk proses kelahiran Ipung. Mulai dari visi, misi, dan tujuan ‘kehidupan’nya. Pun juga, segala macam hal yang ada di balik penciptaannya. Bagi Mas Prie, Ipung tak ubahnya Monalisa-nya Da Vinci. Berburu Celeng-nya Joko Pekik. Atau Aku Ingin-nya Sapardi. Ipung adalah masterpiece bagi Prie GS. Dan menurutnya, saat ini adalah waktu untuk menseriusi pengelolaan keberadaan Ipung. Dengan kata lain, sebelumnya eksistensi Ipung memang belum begitu serius ‘dipelihara’.

Mas Prie sekali lagi hanya tersenyum ketika ditanya soal judul novel baru-nya. Ipung Novel Motivasi Pembangkit Kepercayaan Diri. Padahal di edisi yang lama, judulnya tertulis Ipung Hidup Ini Keras Maka Gebuglah ! Menurut Mas Prie, itu hanyalah strategi jualan. Yang ternyata, cukup berhasil. Itu hanyalah usulan dari penerbit. Dan menurutnya, apapun yang bisa membuat bukunya laku (yang berarti akan membuatnya lebih kaya), Mas Prie setuju-setuju saja. ‘Berarti idealisme seorang Prie GS dipertaruhkan?’ Dengan senyum yang khas dibalik kumisnya (yang juga khas), Mas Prie menjawab. “Idealisme tak harus selalu berjauhan dengan uang. Idealisme yang berjauhan dengan uang adalah idealisme yang bodoh’. Sebuah jawaban yang sempat membuat saya terhenyak. Namun bagaimanapun, hak saya memang cukup hanya terhenyak. Tak lebih dari itu. Karena ketika berbicara tentang ‘prinsip’, alangkah lebih baiknya jika kita lebih berhati-hati. Bukan apa-apa. Hanya sekedar menghindari konfrontasi. Jadi, meskipun saya (sepertinya) agak kurang setuju dengan pendapatnya, saya hanya diam saja. (Sebenarnya dalam hati saya bertanya-tanya. Apakah ini berarti bagi Mas Prie dunia sudah cukup ‘melunak’? Sehingga tak perlu lagi ‘digebug’? Entahlah.)

Hingga (akhirnya), setelah beberapa waktu sehabis obrolan siang itu, saya berkesempatan membaca Ipung versi baru. Buku ini, saya dapatkan dari meminjam (tidak secara permanen) dari salah seorang kawan. Yang telah berbaik budi, bersedia meminjamkannya kepada saya.

Awal cerita dalam buku ini, sama persis dengan buku versi yang terdahulu. Namun, tentu saja dengan beberapa penyesuaian. Diantaranya, kamar Paulin yang berhiaskan poster Ahmad Dhani (sosok yang tentunya belum begitu ‘wah’ ketika edisi pertama terbit), lalu keberadaan benda bernama telepon genggam, dan juga berita via telegram yang diganti dengan telepon. Tentu saja, semua hal itu bisa dimaklumi. Karena memang jaman sama sekali sudah berubah. Akan terlihat janggal jika (di hari ini) Ipung menerima kabar kecelakaan ibunya dari Lik Wur, melalui secarik telegram. Hanya saja, yang membuat saya sedikit heran, kalimat ‘Hidup Ini Keras Maka Gebuglah’, tak saya temukan sama sekali di buku ini. Tidak hanya ‘tidak tercetak di sampul’. Namun, juga tidak di keseluruhan cerita. Padahal, kalimat tersebut dalam edisi terdahulu mendapat kehormatan sebagai ‘sub judul’.

Satu hal yang membuat buku Ipung (baru) ini terlihat cukup istimewa. Yaitu, keberadaan special prolog dari Habiburrahman El Shirazy (atau biasa dipanggil Mang Abik). Sang penulis mega bestseller Ayat-Ayat Cinta. (Namun menurut saya, gelar ‘Novelis No.1 Indonesia’ yang tertulis di buku ini, agak terdengar lucu. Agak (sedikit) tidak elegan :) Keberadaan Mang Abik di sini tentu tak begitu mengherankan. Dimana Mas Prie dan Mang Abik, memang seperti kakak adik (ini menurut penuturan Mas Prie). Saat ini, keduanya (ditambah Anif Sirsaeba) terlibat dalam pendirian Pesantren Karya dan Wirausaha BASMALA INDONESIA. Sebuah pesantren unik yang fokus terhadap mahasiswa yang berminat dalam bidang tulis menulis dan kewirausahaan (saya mendapatkan informasi ini di lembaran terakhir buku Ipung :)

Yang (menurut saya) mengherankan, adalah sebagian isi prolog dari Mang Abik (Yang karena bernama prolog, tentu diletakkan di depan. Jika di belakang namanya epilog). Di sana, Mang Abik secara terang-terangan menghimbau kepada Mas Prie, alangkah lebih baiknya jika Ipung ditampilkan ‘lebih islami’. Bahkan jika perlu, secepatnya Ipung mengakhiri masa pacarannya. Dalam artian, segera ‘menikah’. Karena bagaimanapun, menurut Mang Abik, pacaran dilarang dalam islam. Mang Abik merasa khawatir, jika terlalu banyak bumbu-bumbu tentang pacaran dan juga ciuman (yang tampak biasa di lingkungan remaja), justru membuat novel Ipung tak ubahnya sebuah novel remaja biasa.

Terus terang usulan ini terdengar agak janggal bagi saya. Karena (sepengetahuan saya), sejak dulu Ipung memang ditampilkan secara ‘sekuler’. Dalam artian, meski dekat dengan ajaran norma-norma kehidupan, sisi religi Ipung (seingat saya) tak pernah disinggung. Ipung tak pernah sekalipun ditampilkan sedang melakukan ritual-ritual atau kegiatan yang agamis. Jadi kesimpulan saya, ide ini terdengar sedikit mengada-ada.

Namun ketika saya menyelesaikan proses pembacaan Ipung versi baru, baru saya menyadari. Bahwa ide yang menurut saya mengada-ada, ternyata (justru sudah) direalisasikan oleh Mas Prie. Ipung terlihat islami. Bahkan terlalu islami. Hingga Paulin (yang menurut buku ini sebelumya demikian sekuler), mulai tertarik kepada islam. Pun juga kedua orang tua Paulin (yang dalam cerita ini) adalah para pekerja keras, dimana dalam kehidupan mereka sama sekali tak ada waktu untuk berbicara tentang tuhan, selain hanya mengejar kekayaan). Sungguh luar biasa. Ending yang sama sekali tak pernah saya duga. Padahal, di halaman 145 tertulis :

‘Ipung Bergidik. Dan ia tak berani membayangkan, sanggupkah nanti ia memikul rasa berdosanya pada Rajab. Kali ini, Ipung terpaksa berdoa’

Bayangkan! Berdoa saja, Ipung ‘terpaksa’. Dari kalimat ini, terlihat bahwa sosok Ipung (sebenarnya) bukanlah seseorang yang lekat dengan dunia religi. Hal ini, tentu saja bukan langsung berarti bahwa Ipung adalah seorang atheis. Namun setidaknya, hal ini bisa diartikan, bahwa Ipung (sebetulnya) sama sekali tak ‘berbakat’ (ditampilkan) agamis. Namun di luar dugaan, dengan gesitnya Mas Prie memberikan sebuah hentakan di akhir cerita. Dimana diceritakan, seorang Ipung yang ‘tiba-tiba’ menjadi demikian islami. (Sekali lagi) agak mengherankan.

Seketika hati saya bertanya-tanya. Ada apa ini? Apakah ini dikarenakan Mas Prie yang sudah semakin ‘kyai’ :), hingga merasa harus menyisipkan pesan-pesan moral dalam bungkus agama? Ataukah ini atas usulan sang sahabat, Mang Abik? Tentu saja saya tak cukup punya keberanian untuk berspekulasi. Hanya (terus terang), ada satu hal yang saya khawatirkan. Dimana Mas Prie berencana membuat cerita Ipung ini menjadi trilogy. Saya khawatir, jika ending kisah ini akan tak jauh beda dengan Ayat-Ayat Cinta. Dimana poligami, diambil sebagai sebuah materi pelajaran tentang cinta. Tentu saja dugaan saya ini bukan sekedar dakwaan membabi buta. Karena di lembar-lembar terakhir, saya membaca sedikit indikasi menuju kesana. Dimana diantara Paulin dan Surtini, sama-sama menginginkan Ipung. Dan diantara keduanya, tidak begitu terlihat adanya api permusuhan karena saingan, namun justru memelihara sikap saling menghormati. (Mohon maaf untuk Mas Prie jika saya kurang ajar, karena telah menerka-nerka cerita yang; mungkin; belum jadi. Saya tidak bermaksud mengintervensi. Sekali lagi mohon maaf sebesar-besarnya )

Namun bagaimanapun, saya bukanlah siapa-siapa. Saya hanyalah seorang pembaca biasa. Segala hal tentang Ipung, adalah hak seorang Prie GS. Ending apapun yang akan Mas Prie tentukan, adalah hak seorang Prie GS pribadi. Tidak ada seorangpun yang berhak untuk mengintervensinya. Termasuk juga, saya :) Jadi andaikan Mas Prie memang membuat Ipung berpoligami, saya hanya berharap, bahwa itu adalah ide Mas Prie sendiri. Hanya saja (menurut saya), apakah hal itu justru tidak membuat Ipung tak jauh beda dengan novel-novel remaja (islami) lainnya. Yang akhir-akhir ini banyak kita jumpai, berjejalan di rak-rak toko buku?

Namun sudahlah. Keberadaan tulisan ini hanyalah sekedar pendapat pribadi. Yang (sekali lagi), tidak bermaksud mengintervensi. Hanya terus terang, ada beberapa hal yang bagi saya menjadi sebuah ganjalan. Diantaranya, adalah kesalahan ejaan yang tidak begitu diperhatikan. Memang, sebenarnya tidak terlalu signifikan. Keseluruhan cerita tetap masih bisa dinikmati. Namun menurut saya, untuk sebuah karya yang dilempar ke khalayak, alangkah lebih baiknya jika hal-hal kecil seperti ini lebih diperhatikan.

Satu hal lagi yang juga menjadi sebuah ganjalan. Yaitu keberadaan kotak-kotak kecil yang bertebaran di dalam buku. Kotak-kotak ini, berisi kalimat-kalimat bijak yang merupakan nukilan dari cerita. Bagi saya, keberadaan ‘aporisma’ semacam ini justru seperti bentuk ‘penghinaan’ kepada pembaca. Seakan, seorang pembaca tak bisa menangkap pesan yang tersirat dari sebuah cerita. Hingga harus tersurat dengan digarisbawahi seperti ini. Hal ini mengingatkan saya akan pementasan teater tradisional asal Jawa Timur. Yaitu, ludruk.

Dimana dalam pementasan ludruk, setiap di akhir cerita, seorang pemain akan mengatakan secara langsung, pesan apa yang sebenarnya hendak disampaikan. Lalu apakah ‘adopsi’ sistem ini dalam Ipung memang dimaksudkan sebagai ‘penghinaan’ seperti yang saya tuduhkan? Atau jangan-jangan, hal itu didasari niat mulia untuk menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada? Dalam artian, menyesuaikan diri dengan ‘kemampuan’ olah pikir pembaca Indonesia yang (mungkin) dianggap ‘agak sedikit kurang’? Entahlah. Sekali lagi, entahlah. Saya juga kurang memahami. Namun bagaimanapun, keberadaan Ipung tetap (amat layak) untuk dihargai. Dimana kehidupan ‘perbukuan’ (khususnya novel remaja) negeri kita, didominasi cerita-cerita cinta irrasional yang jauh dari realita. Sekali lagi, keberadaan buku ini ‘amat layak’ untuk dihargai.

Dan untuk ke depan, (secara pribadi) saya akan tetap menantikan keberadaan kisah-kisah Ipung selanjutnya. Entah bagaimana alur ceritanya, dan juga apapun endingnya.

Salam…


*Matur sembah nuwun dumatheng Mas Prie GS

18 komentar:

  1. Anonim mengatakan...
     

    ha mbok aku nyilih novele ipung kuwi, titipne doni utowo panjoel yo iso, hehehehe... tapi ra permanen kok tnang ae

  2. Anonim mengatakan...
     

    ok mase.. tapi perhari, 10 % dari harga buku ya.. he3..

    masalahe, aku yang edisi baru juga masih pinjem mas.. belom beli.. kalo yang edisi lama ada.. tar nek pulang takti2pke doni.. tapi nek saranku, mending baca edisi barunya aja langsung.. ceritane lebih panjang..

    dengan resiko, nunggu aku tuku sik.. he3...

  3. Haris Firdaus mengatakan...
     

    sayang sy belum bc ipung. tapi sy pernah bc kumpulan artikel prie gs. kalo gak salah: nama tuhan di sebuah kuis. menurut sy, biasa aja. tapi sy suka sama judul tulisanmu. he2. menggebuk hidup? he2.

  4. Anonim mengatakan...
     

    ya sbenere tulisane prie gs tu emang biasa2 aja mas.. gaya bahasane ringan2 aja.. yang diangkat juga hal sederhana.. tapi mungkin karena itu kali ya, apa yang dia omongin bisa nyantol di otak saya.. he3.. soale saya kadang kalo baca yang rumit2 malah mumet. pesennya jadi ga nyampe.. mungkin saking bodo-ne.. he3..

  5. Anonim mengatakan...
     

    Kok postingane dowone ngeram! Haha, tapi untung aku betah sing moco.
    Btw, "Si Ipung" sekarang apa masih naik suzuki Tornado 2tak yang keluknya ora umum itu? Trus apa "Si Ipung" ceweknya masih yang berjilbab itu? Heheehehe, peace bro!

  6. Anonim mengatakan...
     

    @ dony
    posting-ane kedawan yo don? he3..
    lhah?! berarti aku mbok analogikan sebagai ipung??? ketoke kok ga ada mirip2nya ya? he3...
    soal jilbab, mohon maaf, di forum ini tidak diperkenankan mengobrol soal 'jilbab' :)

  7. Anonim mengatakan...
     

    a pengidola berat ipung (versi 1995, tentu nya).
    cerita inilah yang menginspirasi u selalau berdiri teegak. percaya diri.
    bahkan sampai sekarang, sering semua kepercayaan diri ipung ini yang terus menging di aktivitas sehari hari.


    at least....
    ada yang punya novel ini lagi gak ya???
    ato ada info bisa beli /cari novel ini dimana ?
    _pengeeen banget bisa punya novel ini_

    ato ada yang bisa minjemin?? (mau gw fotocopy, ~::~ he he


    plisssssss



    regards,

    isna_bahtiar@yahoo.com

  8. Anonim mengatakan...
     

    Heyas im new[url=http://hauntspace.com/Jimmi1012].[/url]

  9. Anonim mengatakan...
     

    like gambling? love las vegas? gangland the all autochthonous [url=http://www.casinolasvegass.com]casino[/url] las vegas at www.casinolasvegass.com with beyond 75 congenial unstinting [url=http://www.casinolasvegass.com]online casino[/url] games like slots, roulette, baccarat, craps and more and clear in unrivalled straightforward transmogrification with our $400 cost-free bonus.
    we be continual rhythmical forth twice games then the broken-down online [url=http://www.place-a-bet.net/]casino[/url] www.place-a-bet.net!

  10. Anonim mengatakan...
     

    [url=http://homor.cba.pl/?action=video&action2=idol&kat=all]idol[/url]
    [url=http://www.atomic.yoyo.pl/czity-do-cs/cheaty-do-cs.html]czity do cs[/url]
    http://www.atomic.yoyo.pl/czity-do-cs/serwery-cs.html
    [url=http://studencki-kredyt.pl/]kredyt dla studenta[/url]
    [url=http://www.atomic.yoyo.pl/czity-do-cs/celownik-do-awp-cs.html]celownik do awp[/url]
    [url=http://www.atomic.yoyo.pl/czity-do-cs/aimbot-counter-strike.html]aimbot counter strike[/url]
    [url=http://www.atomic.yoyo.pl/czity-do-cs/speed-hack-counter-strike.html]speed hack counter strike[/url]
    [url=http://studencki-kredyt.pl/kredyt-sms.html]kredyt sms[/url]
    [url=www.remonty-poznan.com]remonty poznaƄ[/url]
    [url=http://allegro.pl/show_item.php?item=930812338]pozycjonowanie[/url]
    [url=metin2.biz.pl]metin 2[/url]

  11. Anonim mengatakan...
     

    Hi, as you can see this is my first post here.
    In first steps it is very nice if somebody supports you, so hope to meet friendly and helpful people here. Let me know if I can help you.
    Thanks and good luck everyone! ;)

  12. Anonim mengatakan...
     

    Hello,
    I have developed a new clean web 2.0 wordpress theme.

    Has 2 colours silver and blue, has custom header(colour or image).
    I am curently working on it, so if you have suggestions let me know.

    You can view live demo and download from here www.getbelle.com
    If you found bug reports or you have suggestions pm me.
    Wish you a happing using.

    many thanks to [url=http://www.usainstantpayday.com/]USAInstantPayDay.com[/url] for helping with hosting and developement of the theme
    Mapquepepot

  13. Anonim mengatakan...
     

    hello everybody

    I just wanted to introduce myself to everyone!

    Can't wait to get to know you all better!

    -Marshall

    Thanks again!

  14. Anonim mengatakan...
     

    whats up everyone


    great forum lots of lovely people just what i need


    hopefully this is just what im looking for looks like i have a lot to read.

  15. Anonim mengatakan...
     

    if you guys investigate straits to abnormal [url=http://www.generic4you.com]viagra[/url] online you can do it at www.generic4you.com, the most trusted viagra drugstore with a intention generic drugs.
    you can ascertain drugs like [url=http://www.generic4you.com/Sildenafil_Citrate_Viagra-p2.html]viagra[/url], [url=http://www.generic4you.com/Tadalafil-p1.html]cialis[/url], [url=http://www.generic4you.com/VardenafilLevitra-p3.html]levitra[/url] and more at www.rxpillsmd.net, the important [url=http://www.rxpillsmd.net]viagra[/url] start on the web. well another great [url=http://www.i-buy-viagra.com]viagra[/url] pharmacy you can find at www.i-buy-viagra.com

  16. Anonim mengatakan...
     

    Comfortabl y, the article is really the greatest on this noteworthy topic. I fit in with your conclusions and will eagerly look forward to your coming updates. Just saying thanks will not just be adequate, for the tremendous lucidity in your writing. I will immediately grab your rss feed to stay abreast of any updates. Good [url=http://pspgo.info/favorites.html]mobile[/url] work and much success in your business efforts!

  17. Anonim mengatakan...
     

    How does one define a Utopian world and Utopian experiences? Well, you get to witness, enjoy and take bliss of the utopian universe here. Imagine the sexiest escort walking hand in hand with you at your command. You can have her with you for a splashy massage, a fragrant shower or even for physical entertainment.

    New York Diamond girl have really hot, sexy, beautiful and charming girl
    [url=http://bijouescorts.com]New York Escort Service[/url]
    We know that one of the many frequent factors why men elect to spend time with New York escorts happens because of being lonely. It?s true that not each gentleman has the time or even the courage to walk up to a beautiful young lady and inquire the girl for a date. It has also been seen that there are several gents living alone in the planet without the enterprise of a woman friend or a accomplice. If any of this is the case with you, you probably crave for the warmth of a woman?s warm arms and the nice fragrance of her body. By hiring New York escorts, you will never have to fear rejection again. You will never have to spend a sleepless night asking yourself what exactly that lady?s answer might be.

    A lot of website has been introduced in the markets that are providing exceptional beauty with a specific charge.

    Escorts offer the most thrilling and the hottest time. The most memorable experiences and the utopian world can be experienced after this small browsing process.

  18. Anonim mengatakan...
     

    apalah,buat referensi juga deh
    http://cepy-asepnugroho.blogspot.com/2010/03/ipung-prie-gs.html

Posting Komentar



 

different paths

college campus lawn

wires in front of sky

aerial perspective

clouds

clouds over the highway

The Poultney Inn

apartment for rent